Selasa, 12 November 2013

 
Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, usai ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, 30 September 2013


VIVAnews - Langkah Pemerintahan Perdana Menteri Tony Abbott, yang berniat untuk memangkas bantuan luar negeri senilai AUD$4,5 miliar atau Rp48 triliun, mulai diterapkan secara bertahap. Selain melebur organisasi pengelola bantuan luar negeri Australia (AusAID) dengan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT), mulai tahun 2014 Pemerintah Negeri Kanguru juga meniadakan lowongan kerja bagi karyawan baru.

Bagi mereka yang sudah kadung dinyatakan diterima, maka pekerjaan mereka dihapus. Tengok pengalaman yang dialami Melissa Smith yang sebelumnya sudah diterima di AusAID, yang dia ceritakan ke harian Sydney Morning Herald (SMH), Senin 11 November 2013.

Smith seharusnya mulai bekerja pada bulan Februari mendatang dengan gaji AUD$57.762 atau Rp625 juta. Namun, impian Smith untuk meniti karir di institusi pemerintahan bergengsi itu lenyap.

Pada Kamis pekan lalu, Smith akhirnya mengetahui bahwa posisinya di AusAID termasuk yang dihapuskan. Keesokan harinya, wanita berusia 24 tahun itu lantas dikirimi surat elektronik.

"Departemen telah membuat keputusan awal untuk memutus kontrak Anda dengan alasan jumlah karyawan yang dibutuhkan telah mencukupi," tulis perwakilan AusAID.

Wanita yang kini masih menempuh pendidikan tingkat akhir di jurusan hukum dan seni di Universitas Wollongong, jelas merasa terhina dengan surel itu.

"Isi surel itu sangat kasar dan menyakitkan," ujar Smith.

AusAID sebenarnya memberikan kesempatan bagi Smith untuk banding terhadap keputusan itu, namun dia mengurungkan niat itu. Smith mengaku, kendati dia menuntut, AusAID tidak akan berubah pikiran dengan keputusan mereka.

"Padahal kami adalah generasi muda yang bersiap untuk lulus setelah belajar selama lima tahun. Kemudian dia mengambil kesempatan kami untuk bekerja," kata dia.

Demi bisa diterima di AusAID, Smith sudah menolak pekerjaan lain dari Komisi Konsumen dan Kompetisi Australia dan Departemen Keluarga, Perumahan, Layanan Komunitas dan Urusan Kaum Pribumi.

Keputusan Abbott untuk berhemat dengan memotong bantuan luar negeri dan pengurangan karyawan dikritik oleh banyak pihak. Salah satunya anggota parlemen Richard Marles. Marles, yang pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan, mengatakan keputusan itu terlalu berisiko bagi kepentingan nasional Negeri Kanguru.

"Saya kira dengan menghapus beberapa pekerjaan yang ditawarkan adalah cara yang keras. Padahal pemotongan dana bantuan AusAID sudah menjadi perhatian tersendiri," kata Marles.

Harus Fokus

Menteri Luar Negeri, Julie Bishop, membela keputusan bosnya. Dia mengatakan Australia mulai saat ini harus mulai fokus dan efektif mengalokasikan dana bantuan luar negerinya, khususnya setelah operasional AusAID dilebur ke Departemen Luar Negeri dan Perdagangan.

"Kami yakin seharusnya hanya ada satu saja bagian dalam dan luar di bawah satu payung pemerintahan dan kami perlu menyatukan kepentingan dan upaya kami dalam satu sumber," kata Bishop saat berbicara dalam konferensi tahunan di kantor cabang partai Liberal di Australia Barat.

Menurut laman ABC News, keputusan untuk menghapuskan lowongan kerja di AusAID sudah dikonfirmasi oleh Juru Bicara DFAT. Proses perubahan perekrutan bahkan sudah diterapkan sejak awal tahun 2013.

"AusAID dulunya mengelola dana program senilai AUD$8 miliar atau Rp86 triliun. Namun, kini dana itu dikurangi menjadi AUD$5 miliar atau Rp54 triliun," ungkap dia. Sehingga, sangat tidak bertanggung jawab, apabila proses perekrutan staf baru terus dilakukan.

Adanya penciutan dana ini sempat membuat khawatir publik di Indonesia, khususnya pelajar yang berniat untuk melanjutkan studi ke Negeri Kanguru menggunakan jalur beasiswa. Namun, Juru Bicara Kedutaan Besar Australia mengatakan kepada VIVAnews tidak akan ada perubahan komitmen apa pun dari Pemerintah Negeri Kanguru terhadap sektor pendidikan di Indonesia.

"Program beasiswa yang diberikan di Indonesia tidak akan berubah kendati AusAID melebur dengan DFAT. Australia telah berkomitmen sejak lama dalam pembangunan di Indonesia," tulis perwakilan Kedubes Australia melalui surat elektronik, Senin 11 November 2013.

Ada pun perubahan dalam beasiswa yang diberikan melalui AusAID yakni adanya pergantian nama yaitu Australian Development Scholarship menjadi Australia Awards Scholarship dan Australia Leadership Awards Fellowship menjadi Australia Awards Fellowships.

0 komentar:

Posting Komentar